Sanitasi untuk Masyarakat Kecamatan Neglasari
Melalui penyediaan pelayanan publik yang lebih baik, Proyek ini diharapkan untuk meningkatkan sanitasi untuk Kecamatan Neglasari dimana lokasi proyek ini terletak. Saat ini, pengelolaan air lindi yang terbatas dan penimbunan yang tidak sanitary menyebabkan kondisi kesehatan yang buruk dan produktivitas yang rendah dari masyarakat Neglasari. Hal ini tercermin di tingginya jumlah kasus penyakit terkait sanitasi di daerah ini, termasuk tipes dan diare.
Proyek ini diharapkan dapat mengendalikan dan melawan dampak negatif tersebut dan dengan itu membangun masyarakat yang lebih sehat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk membantu mencapai target Sustainable Development Goals di Indonesia.
Kesempatan Bekerja di Sektor Baru
Proyek ini dengan Material Recycling Facility (MRF) yang memerlukan banyak tenaga kerja akan menambah 400+ lowongan pekerjaan bagi professional, operator dan tenaga kerja terampil. Hal ini membantu membuat pergerakan ekonomi di kota industri ini. Proyek ini akan menjadi penggerak ekonomi jenis baru, yang pertama baik di Kota Tangerang maupun di Indonesia.
Proyek waste-to-energy ini telah dirancang secara seksama untuk menyertakan partisipasi industri daur ulang. Kurang dari 30% sampah yang tiba akan dimusnahkan dan dipergunakan kembali dalam berbagai bentuk seperti bahan bangunan, bahan daur ulang dan kompos.
Energi Terbarukan dan Dampak Perlindungan Lingkungan
Proyek ini menbangkitkan listrik dari pembakaran fraksi plastic dan dekomposisi sampah organik menjadi biogas. Proyek ini diharapkan untuk menyalurkan 30-35 MW energi terbarukan yang membantu mengurangi ketergantungan terhadap energi fossil.
Melalui penangkapan gas methan dan pengolahannya menjadi biogas, proyek ini direncanakan untuk menghindari pengeluaran 12 juta ton CO2 selama 25 tahun masa Proyek.
Penghindaran Perluasan TPA
Dengan jumlah sampah diperkirakan terus meningkat mengikuti trend kota-kota besar lainnya meskipun telah dilakukan upaya-upaya pengurangan sampah di hulu, Kota Tangerang akan tetap memerlukan perluasan TPA untuk penimbunan sampah jika metode pengolahan sampah tetap dilakukan tanpa reduksi yang signifikan di hilir.​
​
Pelaksanaan Proyek ini dapat mengatasi permasalahan tersebut, dengan reduksi sampah paling tidak 85%, diperkirakan selama 25 tahun pengoperasian Proyek tidak akan memerlukan perluasan TPA lebih lanjut, sehingga dapat mengerem dampak sosial dan lingkungan akibat perluasan TPA dan mempertahankan tata guna lahan Kota Tangerang agar dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih produktif.​